Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia melalui Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Komdigi menginisiasi kegiatan AI Talent Factory (AITF). Berkolaborasi dengan Universitas Brawijaya Malang, program tersebut diluncurkan pada Kamis (28/8) di Kota Malang.
BPSDM Komdigi menyadari bahwa saat ini hampir semua aktivitas kita tidak bisa lepas dari teknologi. Musik, foto, bahkan film pun sudah banyak yang tersentuh kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI). Indonesia memiliki potensi yang luar biasa untuk bisa jadi pencipta bukan hanya sekedar pengguna.
Kepala Badan Pengembangan SDM Kemkomdigi, Bonifasius Wahyu Pudjianto, kerja sama Kementerian Komdigi dengan Universitas Brawijaya ini sebagai proyek percontohan untuk mencetak talenta AI tingkat lanjut. “Program ini tentunya akan mencetak talenta digital di bidang AI, tapi level-nya bukan beginner atau intermediate, bahkan ini untuk practitioner yang dibimbing oleh para ekspertis,” jelas Bonifasius Pudjianto.
Lebih lanjut dikatakan Kepala Badan BPSDM, inisiasi AITF bukan hanya mencetak talenta digital, tapi juga menghasilkan solusi nyata berbasis AI yang bisa menjawab problem spesifik di dunia digital. Harapannya, kontribusi ekonomi digital terhadap PDB Indonesia bisa terus meningkat. Bonifasius juga menekankan, program ini akan terus diperluas ke universitas lain, termasuk di luar Jawa, biar pertumbuhan ekonomi digital lebih merata.
Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo, menyambut program ini dengan optimis. Menurutnya, generasi muda Indonesia harus diberikan ruang untuk berkreasi mencetak produk AI-nya sendiri. “Everybody use AI, setiap hari dalam berbagai bentuk. Mau bikin musik, mengedit foto, bikin film sudah pakai AI. Namun sayangnya hampir semua AI tersebut dari luar negeri, sedangkan kita di Indonesia punya banyak anak-anak muda yang sebetulnya sanggup untuk membuat sendiri,” ungkapnya.
Pusat Pengembangan Talenta Digital Komdigi, sebagai salah satu satuan kerja BPSDM Komdigi dipercayakan menangani program unggulan ini. Kapusbang Talenta Digital Said Mirza Pahlevi menjelaskan bahwa konsep pelatihan AITF berbeda dengan kelas konvensional. Kurikulum AITF lebih mengutamakan diskusi, brainstorming dengan para ahli, juga eksplorasi mandiri. Melalui beragam aktivitas tersebut, peserta didorong untuk membuat proyek inovasi atau prototipe.
Peserta program AITF cukup selektif. Targetnya hanya 50 peserta per batch dengan latar belakang yang sesuai. Dalam satu semester, maksimal 50 talenta baru akan dicetak. Untuk tahap awal, tahun ini AI Talent Factory masih dijalankan satu batch bekerja sama dengan Universitas Brawijaya. Untuk tahun selanjutnya, Kemkomdigi telah menyiapkan rencana ekspansi dengan universitas lain supaya bisa berlangsung paralel 2-3 batch sekaligus.
Lewat solusi AI ini, Kementerian Komdigi ingin menunjukkan bahwa potensi generasi muda Indonesia dapat bersaing di bidang AI. Maju terus talenta digital Indonesia!
Label
komdigi, inisiasi, ai talent factory, aitf