Gambar: web 2710

Semarang — Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penelitian (BPSDMP) Kominfo Yogyakarta terus memperkuat peran strategisnya dalam mencetak talenta digital unggul, melalui kegiatan “Workshop Penguatan Vokasi dalam Pengembangan Kompetensi Digital Nasional”. Forum ini mempertemukan akademisi, praktisi industri, dan lembaga sertifikasi untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor.

Kegiatan berlangsung di Hotel Ibis Style Simpang Lima Semarang, pada Jumat 17 Oktober 2025, diikuti 50 peserta baik secara luring maupun daring. Peserta berasal dari berbagai perguruan tinggi mitra pelaksana VSGA, lembaga sertifikasi profesi (LSP), serta perwakilan dari BPSDMP Kominfo Yogyakarta dan Banjarmasin.

Dalam sambutannya, Dr. Anton Susanto, Kepala BPSDMP Kominfo Yogyakarta, menegaskan pentingnya sinergi dalam menyiapkan SDM digital yang kompeten dan adaptif.“Peningkatan kompetensi digital tidak bisa berjalan sendiri. Diperlukan sinergi antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan industri agar pelatihan vokasi benar-benar menjawab kebutuhan zaman,” ujarnya.

Workshop ini menghadirkan tiga narasumber utama: Nusirwan (Kepala Pusat Pengembangan Ekosistem SDM Komdigi), Hamdani Pratama (Kepala BPPTIK Cikarang), dan Abdul Hamid Hasan (praktisi industri). Diskusi dipandu oleh Inasari Widyastuti sebagai moderator.

Dalam paparannya, Dr. Nusirwan menyampaikan hasil Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI) 2025, yang menunjukkan bahwa baru 10,8% masyarakat Jawa Tengah pernah mengikuti pelatihan digital. “Nilai IMDI Jawa Tengah mencapai 51,19, di atas rata-rata nasional. Namun penguatan vokasi digital masih perlu didorong melalui tiga pilar utama: standar kompetensi kerja, pelatihan berbasis kompetensi, dan sertifikasi berbasis kompetensi,” jelasnya. Disampaikan juga, pentingnya penguatan vokasi digital dan pemanfaatan Peta Okupasi Nasional (PON) untuk menyelaraskan pendidikan dengan kebutuhan industri. Pendekatan ini menjadi bagian dari tiga pilar strategi nasional pengembangan SDM digital: standar kompetensi kerja, pelatihan berbasis kompetensi, dan sertifikasi berbasis kompetensi.

Sementara itu, Hamdani Pratama menekankan pentingnya integrasi antara kampus dan LSP dalam menyiapkan tenaga digital kompeten.“BPPTIK berperan sebagai LSP P2 yang fokus pada pelatihan dan sertifikasi. Kami juga mendorong sertifikasi asesor bagi dosen agar unit kompetensi SKKNI juga dapat diintegrasikan ke kurikulum kampus,” paparnya.

Dari sisi industri, Abdul Hamid Hasan menyoroti pentingnya penerapan SKKNI untuk mengurangi mismatch antara dunia pendidikan dan pasar kerja. “Sertifikasi berbasis bukti kerja dan pembentukan TUK di perusahaan akan memperkuat kemitraan antara industri dan lembaga sertifikasi,” ungkapnya.

Diskusi berlangsung interaktif. Berbagai pertanyaan dari peserta menyoroti isu relevansi antara pendidikan vokasi dan akademik, pengakuan sertifikasi BNSP dalam rekrutmen kerja, hingga pendanaan sertifikasi dosen. Narasumber menegaskan bahwa sinergi dan kebijakan afirmatif diperlukan agar sertifikasi benar-benar menjadi nilai tambah di dunia kerja digital.

Acara ditutup dengan penegasan kembali komitmen BPSDMP Kominfo Yogyakarta untuk terus memperkuat jejaring kerja sama lintas lembaga, demi memastikan lulusan vokasi siap bersaing di era ekonomi digital.


Label
vsga, bpsdm komdigi yogya, kompetensi digital