Gambar: web 2309

Yogyakarta - Perkembangan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) menjadi sorotan dalam forum diskusi bertajuk “AI: The Next (Almost) Big Thing?” yang digelar di Ruang Cakap Talenta Berdampak BPSDMP Kominfo Yogyakarta pada Jumat, 19 September 2025. Acara ini dihadiri pegawai BPSDMP Kominfo Yogyakarta dan STMM “MMTC” Yogyakarta serta menghadirkan Moch Ari Nasichuddin, S.Kom., M.Eng., Chief Data & Business Officer Atmatech Global Informatika, sebagai narasumber utama.

Diskusi dibuka oleh Ahmad Jihad Akbar Rewo selaku pembawa acara sekaligus moderator. Narasumber memaparkan konsep dasar AI, mulai dari machine learning, deep learning, hingga klasifikasi narrow AI dan general AI. Ia juga menyinggung infrastruktur penting yang sudah dibangun di Indonesia, seperti Tokopedia-UI AI Center yang dilengkapi superkomputer NVIDIA DGX-1 untuk mendukung riset berskala besar.

Penerapan AI disebut telah merambah berbagai sektor strategis, mulai dari e-commerce, perbankan, manufaktur, hingga kesehatan. Moch Ari mencontohkan, “Hari ini kita sudah melihat chatbot yang bisa melayani jutaan pelanggan, sistem deteksi penipuan di perbankan, hingga teknologi smart city yang mengatur lalu lintas kota besar secara real time,” ungkapnya.

Kontribusi AI terhadap perekonomian nasional diproyeksikan sangat besar. Data World Economic Forum memperkirakan teknologi ini mampu menambah nilai hingga 366 miliar dolar AS pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2030. “Jika kita bisa mengarahkan AI dengan strategi yang tepat, maka dampaknya akan luar biasa bagi perekonomian Indonesia,” kata Moch Ari.

Diskusi juga menyoroti tantangan serius, mulai dari kesenjangan adopsi antara Jawa dan luar Jawa, minimnya talenta AI, hingga kekosongan regulasi. Saat ini, pemerintah tengah menyusun Peraturan Presiden (Perpres) khusus AI yang ditargetkan rampung pada September 2025 untuk memberikan kepastian hukum bagi industri.

Menjawab pertanyaan peserta diskusi, narasumber menekankan bahwa peluang terbesar bagi Indonesia ada pada pengembangan AI berbasis Bahasa Indonesia serta peningkatan keterampilan digital pegawai maupun masyarakat. “Kekuatan kita ada pada bahasa. Jika AI bisa memahami Bahasa Indonesia dengan baik, maka dampaknya akan jauh lebih luas dan inklusif,” jelasnya.

Tips sederhana juga disampaikan bagi pegawai non-teknis untuk mulai belajar AI, yakni dengan meluangkan waktu satu hingga dua jam setiap hari mengakses konten edukatif di media sosial. “Kuncinya konsistensi. Algoritma media sosial akan membantu memperkaya wawasan kita jika digunakan dengan benar,” tambah Moch Ari.

Forum ditutup dengan penegasan bahwa masa depan AI di Indonesia ditentukan oleh tiga pilar utama, yaitu regulasi adaptif pemerintah, kolaborasi ekosistem antara akademisi dan industri, serta kesiapan sumber daya manusia. “AI bisa menjadi katalisator penting menuju Indonesia Emas 2045, tetapi hanya jika kita menyiapkan SDM dan regulasi dengan serius,” pungkasnya.

BPSDMP Kominfo Yogyakarta berharap kegiatan ini menjadi langkah awal dalam memperluas literasi digital dan mendorong pegawai memahami urgensi pemanfaatan AI secara etis, inovatif, dan inklusif demi mendukung transformasi digital nasional (PPRP Team)