Gambar: Kepala Badan BSPDM Bonifacius Wahyu Pudjianto, bersama Ketua DWP Ilma Nugrahani, Penasehat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Komdigi, Indri Angga Prabowo, Ketua dan Penasehat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Lembaga dan Dharma Wanita Persatuan Pusat, serta rekan-rekan Dharma Wanita Persatuan Kementerian Komdigi, Praktisi Literasi Digital Marcella Zalianty, dan Certified Financial Planner Annisa Steviani dalam acara Keamanan Digital untuk Perempuan dan Anak, dengan tema Strategi Perempuan Indonesia Memanfaatkan Digitalisasi untuk Efisiensi, di Jakarta, Rabu (07/05/2025).

Jakarta, Literasi Digital – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mendorong penguatan literasi digital bagi perempuan dan anak-anak di tengah meningkatnya kasus kekerasan berbasis gender online (KBGO) dan eksploitasi anak di ruang digital.

Komnas Perempuan mencatat sebanyak 1.791 kasus KBGO terjadi sepanjang 2024, meningkat 48% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat 431 kasus eksploitasi anak selama 2021–2023.

“Kita perlu bersama-sama meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya literasi digital, keamanan digital, dan etika berinternet, terutama bagi perempuan dan anak-anak,” ucap Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Viada Hafid, dalam sambutannya yang diwakili oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Komdigi, Bonifasius Wahyu Pudjianto, saat acara bertajuk Keamanan Digital untuk Perempuan dan Anak, dengan tema Strategi Perempuan Indonesia Memanfaatkan Digitalisasi untuk Efisiensi, di Jakarta, Rabu (07/05/2025).

Lebih lanjut Kepala BPSDM Komdigi menegaskan pentingnya peran perempuan dalam transformasi digital. “Sebagai ibu, pendidik, pelaku UMKM, dan penggerak komunitas, perempuan dapat menjadi agen perubahan. Tentunya dengan dukungan literasi digital, pemahaman keamanan daring, dan akses teknologi yang inklusif,” katanya.

Selain dari sisi literasi digital, lanjut Bonifasius, sebagai respons konkret, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Pelindungan Anak (PP TUNAS), yang disahkan pada 28 Maret 2025.

Regulasi tersebut mewajibkan penyelenggara sistem elektronik (PSE) menyaring konten berbahaya, memastikan keamanan akses anak terhadap layanan digital, serta memperkuat perlindungan data pribadi anak.

“Kebijakan ini merupakan tonggak penting dalam menciptakan ekosistem digital yang aman dan mendidik,” ujar Kepala BPSDM Komdigi.

Pada akhir sambutannya, Bonifasius menegaskan komitmen Kementerian Komdigi untuk terus mendukung edukasi literasi digital, pelatihan keamanan daring, serta program-program pengembangan SDM berbasis gender.

Sejalan dengan Kepala BPSDM Komdigi, Ketua DWP Komdigi, Ilma Nugrahani, meyakini bahwa seorang perempuan (Ibu) adalah sekolah pertama bagi anak-anak, sehingga perannya sangat penting. “Bagaimana seorang Ibu mengenalkan digital secara bijak sejak dini, maka hal itulah yang akan diingat selamanya oleh anak,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Ilma menjelaskan bahwa perempuan Indonesia didorong untuk tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga agen perubahan digital di berbagai bidang, mulai dari rumah tangga, pendidikan, ekonomi, hingga sosial budaya. Namun, peningkatan partisipasi ini harus dibarengi dengan kewaspadaan terhadap ancaman keamanan digital, terutama yang menyasar perempuan dan anak-anak.

"Transformasi digital harus membawa manfaat, bukan ancaman. Mari kita manfaatkan kesempatan ini untuk saling belajar, berbagi, dan memperkuat solidaritas sesama perempuan Indonesia dalam menciptakan ruang digital yang aman, berdaya, dan produktif,” tutup Ilma.

Pada sesi talkshow bertajuk Strategi Perempuan Indonesia Memanfaatkan Digitalisasi untuk Efisiensi, diiisi oleh dua narasumber Annisa Steviani (Certified Financial Planner) dan Marcella Zalianty (Praktisi Literasi Digital).

Annisa Steviani berfokus pada efisiensi finansial dan ekonomi digital untuk perempuan. Ia menjelaskan mengenai pentingnya literasi keuangan digital dalam manajemen keuangan rumah tangga, usaha mikro, dan tabungan keluarga. Selain itu turut diajarkan cara perempuan bisa menggunakan teknologi (e-wallet, aplikasi budget, & fintech) untuk pengaturan keuangan efisien.

Sementara itu Marcella Zalianty berfokus pada kecakapan digital dan transformasi peran perempuan. Ia menekankan apa itu literasi digital berbasis gender, serta bagaimana mengatasi gap bagi perempuan yang memiliki kebutuhan dan hambatan berbeda dalam mengakses dan memanfaatkan teknologi.

Pada acara tersebut turut hadir secara luring Penasehat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Komdigi, Indri Angga Prabowo, Ketua dan Penasehat Dharma Wanita Persatuan Kementerian Lembaga dan Dharma Wanita Persatuan Pusat, serta rekan-rekan Dharma Wanita Persatuan Kementerian Komdigi.

Adapun informasi lebih lanjut mengenai Program Literasi Digital dapat diakses melalui Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Fanpage @literasidigitalkominfo, TikTok @literasidigitalkomdigi, dan kanal YouTube Literasi Digital Komdigi, dan website literasidigital.id.


Label
bpsdm, pp tunas, komdigi, kbgo, keamanan digital, perempuan, anak